Minggu, 17 Februari 2013

INILAH PENYEBAB METEORIT JATUH DI RUSIA TANPA TERDETEKSI

Bola api besar jatuh di wilayah Chelyabinsk, salah satu kota di Ural, Rusia, Jumat pagi, 15 Februari 2013 waktu setempat. Ratusan rumah hancur dan ribuan orang terluka,Ini disebut-sebut salah satu meteor terbesar yang jatuh di bumi dalam rentang satu abad terakhir,Banyak pihak yang kemudian bertanya-tanya, kenapa kedatangan meteor itu tidak bisa dilihat?

Amy Mainzer, seorang Peneliti NASA yang bekerja pada Program Near Earth Objects (NEO) atau
badan antariksa yang meneliti objek dekat bumi, mencoba memberikan penjelasan.
"Kami masih belajar dari bola api yang jatuh di Rusia. Bola api itu cukup kecil, hanya sekitar 15
meter dan berat 7000 ton, itulah yang membuatnya tidak terdeteksi," kata Mainzer dilansir
laman io9, 16 Februari 2013.
Ia menambahkan, objek itu sebelumnya hanya terlihat samar-samar, dan tidak akan terlihat saat
melakukan pengamatan pada malam hari. "Sebagian survei telah berhasil menemukan asteroid-asteroid besar di luar angkasa, tapi kami belum menemukan dan akan terus melacak keberadaan
asteroid yang berukuran kecil," tambahnya.
Pria yang bekerja sebagai peneliti utama di proyek satelit NEOWISE untuk memetakan Neos atau
objek-objek lain di langit ini, berjanji untuk meningkatkan kemampuannya untuk mengetahui
benda-benda lain di luar angkasa.
"Saat ini proyek satelit NEOWISE sudah menggunakan teleskop inframerah, sehingga dapat lebih
detail menemukan objek-objek di langit. Proyek ini juga sudah mendapat tambahan anggaran
dalam tiga tahun terakhir, diharapkan proyek ini akan berhasil menangkap objek-objek lain," kata
Mainzer.
Jumlah asteroid yang berukuran kecil sangat banyak di luar angkasa. Beberapa teleskop lain tidak
dapat menemukan keberadaannya, karena keadaan di luar angkasa sangat gelap. Oleh karena itu,
dibutuhkan Teleskop inframerah yang ada di satelit NEOWISE untuk mengidentifikasi benda-benda
langit yang tidak terlihat oleh perangkat lain.
Sementara menurut Donald Yeomans, Kepala Program Neo NASA, saat ini NASA sangat serius
mengawasi ribuan Neos dan menemukan Neos baru di luar angkasa. "Saat ini NASA bekerjasama
dengan University of Arizona, para astronom profesional, lembaga penelitian Neos, dan para
amatir, untuk menemukan lebih banyak lagi Neos di luar angkasa," kata Yeomans.
Benda-benda langit yang berukuran kecil sangat sulit untuk dideteksi. Dengan adanya proyek
penelitian Neos, diharapkan dapat mencegah terjadinya bencana meteor di bumi.
"Ketika meteor kecil itu datang lagi kebumi dan kita tak melihatnya, mudah-mudahan tidak terjadi
ledakan besar di bumi,Para peneliti mengungkapkan bahwa meteor yang jatuh kawasan Ural, Rusia, pada
Jumat pagi, 15 Febuari 2013 waktu setempat, adalah yang terbesar selama satu abad terakhir.
Bola api raksasa itu diberitakan telah merusak ratusan rumah, melukai 1.000 orang di wilayah
Chelyabinsk, salah satu kota di Ural, Rusia.
Menurut Peter Brown, Direktur Pusat Ilmu Keplanetan dan Eksplorasi di University of Western
Ontario di Kanada, meteor itu awalnya mungkin sebesar 50 kaki atau sekitar 15 meter dan beratnya
sekitar 7.000 ton.
Dari rekaman video menunjukkan benda langit itu meluncur dengan kecepatan 40.260 mph (64.800
kph) saat memasuki atmosfer. Namun, setelah melewati atmosfer, benda langit itu terbakar dan
meledak menjadi 10 bola api.
"Dari berbagai sensor menggunakan beberapa teknologi, perkiraan awal dari total ledakan yang
akan disebabkan meteor itu sekitar 300 kiloton TNT. Tapi jumlah itu baru perkiraan awal," kata
Brown dilansir Space, 16 Februari 2013.
Peristiwa lain
Insiden Jumat pagi ini diperbandingkan dengan peristiwa sejenis di Rusia pada 1908, yang dikenal
dengan peristiwa Tunguska. Ledakan meteornya meratakan 2.137 km persegi hutan.
"Saya yakin ledakan pada Jumat pagi itu lebih dari 100 kiloton TNT, dan lebih besar dari ledakan di
Tunguska," jelas Brown.
Brown pun membandingkan besarnya ledakan dari meteor yang pernah jatuh ke bumi selama satu
abad terakhir. Ia menjelaskan peristiwa jatuhnya meteor ke bumi lainnya terjadi pada 12 Februari
di Uni Soviet, saat itu ledakannnya setara dengan 10 kiloton TNT.
"Di Indonesia pun pernah terjadi, yaitu pada 8 Oktober 2009. Ledakannya mencapai 50 kilo ton
TNT, namun itu terjadi di laut," jelas Brown.
Brown menegaskan bahwa data dari ledakan meteor di wilayah Chelyabinsk masih tahap awal.
"Hasil keseluruhan dari total ledakan masih bisa berubah. Kami masih terus menganalisisnya untuk
mendapatkan hasil yang akurat," jelas Brown. (ren)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar